16 Juni 2008

Pusat Penyelamatan Satwa di Malang Bangkrut

Sumber: Kompas, 15 Juni 2008

Malang,

Pusat penyelamatan satwa (PPS) Petungsewu di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, kini tengah mengalami krisis finansial dan akan tutup beberapa bulan ke depan. Akibatnya, satu persatu satwa yang pernah dipelihara mulai dititipkan ke sejumlah lembaga konservasi seperti taman safari dan taman rekreasi. Krisis finansial itu terjadi karena tahun 2008 ini PPS Petungsewu tidak lagi mendapat jatah anggaran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, sebagai kepanjangan tangan pemerintah RI.

"Tahun ini katanya ada kebijakan pengetatan anggaran di seluruh departemen. Termasuk juga di Departemen Kehutanan. Itu sebabnya sementara tidak ada anggaran untuk PPS sampai waktu yang tidak ditentukan," tutur Project Manager PPS Petungsewu, Iwan Kurniawan, Minggu (15/6) di Malang.
Selain itu, PPS Petungsewu juga semakin sulit mendapatkan donasi dari sejumlah donatur. Apalagi, sudah sejak dua tahun lalu, pemilik aset PPS Petungsewu yaitu Gibbon Foundation (GF) telah menyatakan diri bangkrut.

"Kondisi krisis finansial ini sebenarnya mulai terlihat sejak awal tahun 2008. Namun dengan segala upaya, kami coba bertahan hingga sekarang. Kini seiring kepastian tidak adanya dana lagi dari BKSDA, maka kami mulai melakukan percepatan pelepasan satwa ataupun translokasi satwa," ujar Iwan. Sejumlah satwa yang sudah di lepas antara lain merak, owa-owa, kakaktua, dan sebagainya.

Sedangkan bagi satwa yang belum bisa dilepas, oleh PPS Petungsewu ditranslokasi (dipindahkan) ke sejumlah lembaga -lembaga konservasi yang dirujuk BKSDA. Mereka antara lain Taman Safari Indonesia (TSI) II di Prigen Pasuruan (33 satwa), Taman Rekreasi Kota Malang (13 satwa), Maharani Zoo Lamongan (13 satwa), dan Taman Rekreasi Sengkaling Malang (10 satwa).

Satwa yang sudah ditranslokasi antara lain Nuri, Kakaktua, Buaya Irian, Siamang, Owa-owa, Buaya Muara, Paruh Bengkok, Burung Bayang, dan Kasuari.

Adapun sejumlah satwa yang tidak mungkin dilepas ke alam serta yang tidak bisa ditranslokasi, misalnya karena cacat atau karena sulit mendapatkan habit atnya, hingga kini masih berada di PPS Petungsewu.

Setelah pelepasan dan translokasi satwa, saat ini yang tersisa di PPS Petungsewu adalah 13 paruh bengkok, 4 ekor owa-owa, tiga ekor beruk, tiga ekor kakaktua, dan empat ekor kasuari.

Krisis finansial itu juga menyebabkan PPS Petungsewu mengurangi personil atau tenaga operasional di sana. Dari 13 orang personil petugas yang ada sejak berdiri tahun 2007, kini hanya tersisa dua orang yaitu project manager dan seorang animal keeper .

PPS Petungsewu didirikan oleh Gibbon Foundation bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Direktorat Perlindungan Hutan dan Kelestarian Alam (PHKA) Departemen Kehutanan RI pada tahun 2007. Saat awal berdiri, ada sekitar 132 satwa yang dirawat di sana.

Pembiayaan PPS Petungsewu kala itu adalah dari bantuan BKSDA (sekitar 45%), Yayasan Gibbon Indonesia (kepanjangan tangan GF), dan donatur salah satunya sebuah non government organization (NGO) yang bergerak di bisang perlindungan satwa yaitu Profauna. Awal beroperasi, PPS Petungsewu ini mengantongi dana sekitar Rp 35 juta.

Dahulu, kerjasama antara GF dengan PHKA bisa melahirkan enam buah PPS yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Namun akibat kesulitan finansial, satu persatu PPS tersebut mulai tutup. Menurut Iwan, saat ini tersisa dua PPS yaitu PPS Petungsewu (Malang) dan PPS di Bali. "Kondisinya sama. Kedua PPS ini sedang dalam proses tutup," ujar Iwan.

0 Comments:

 

blogger templates | Make Money Online